Selasa, 17 Januari 2017

TUGAS 1. BLOG TO BOOK.

Tugas 1 B2B2017

Ruby mematut dirinya di cermin.  Ini pukul sepuluh malam.  Dia belum mandi, dan mukanya yang putih tampak kuyu.  Rambut ikal hitam sebahu yang sehari-hari dia ikat dengan karet gelang warna abu-abu, warna favoritnya, kini sudah tergerai lemas.  Ruby menyeringai, lalu membuka lebar-lebar mata sipitnya, sepasang mata yang menjadi senjata Rey, boss di kantornya untuk meledeknya sebagai cewek dengan mata segaris.

“Hoaam!”  Ruby menguap, lalu  menghempaskan tubuhnya yang masih berseragam kantor ke tempat tidur empuk milik hotel bintang empat.  Lalu, seraya menggeliat, dilepaskannya sepatu berhak tujuh centi, yang lumayan cukup menunjang tubuhnya yang mungil, yang tingginya  tak sampai 157 cm,  cukuplah membuatnya bisa tampak sedikit tinggi.

Ini hari kedua Ruby menginap di hotel di bilangan kuningan.  Rapat antar Kementerian yang membahas sebuah Rancangan Peraturan Pemerintah, telah menyita hari-harinya.  Rasanya sudah berbulan-bulan, dia sangat disibukkan dengan urusan mendrafting, merancang berbagai produk aturan hukum. 

Menyenangkan?  Tentu saja bagi Ruby, hal itu sangat menyenangkan.  Ada kesenangan yang tak bisa dia lukiskan ketika harus berkutat dengan tumpukan pasal-pasal dalam peratuan yang akan disusun.  Namun, ketika moodnya sedang tidak baik, rasanya tidak berdosa bagi Ruby untuk melontarkan satu kata yang kerap melandanya. Bosan!

Ruby sesungguhnya gadis yang sangat bersemangat.  Energinya meluap-luap.  Dia senang bekerja dan belajar.  Dia betah duduk berjam-jam di dalam sebuah rapat, dan senang mendengar ketika para pejabat dan seniornya berdebat.  Ada kenikmatan tersendiri ketika dia menyaksikan masing-masing orang mempertahankan pendapat masing-masing.  Pada saat-saat seperti itu, menjadikan pengalaman berharga bagi Ruby untuk belajar.

Namun, ketika dia tengah merasa bosan, maka duduk sebagai notulen atau sebagai asrot, menjadi siksaan baginya.  Dia harus memasang telinga dan mata yang sangat mengantuk.  Sementara boss nya yang pintar, yang duduk di sebelahnya, akan terus mendelikkan mata tajamnya bila melihat Ruby tidak konsentrasi.  Padahal saat-saat membosankan seperti itu,  pikiran Ruby akan terlempar ke semangkuk es krim cokelat favoritnya, duduk membaca novel anak-anak kesukaannya, dan bekhayal tengah duduk memeluk lutut di hamparan padang rumput.

Lalu, Ruby akan lupa dengan konsentrasinya di tengah ruang rapat.  Kadang dia lupa, layar laptop di hadapannya memampangkan barisan kalimat berisi aturan hukum, bukanlah barisan kalimat manis dan indah yang kerap dia ciptakan menjadi sebuah cerita anak-anak.  Dan kejadian memalukan terjadi barusan, di rapat tadi.  Ketika seharusnya dia menulis satu pasal yang mengatur tentang Pengendalian pencemaran lingkungan, maka kata-kata yang dia ketik adalah mengendalikan hati dan rasa.  Dan Ruby baru tersadar, ketika gelak tawa memenuhi ruangan dan bossnya yang pemarah itu menginjak sepatunya  dan menunjuk pada layar proyektor di depan. 

Dih! Mengingat kejadian memalukan tadi membuat Ruby menggerutu kesal.   Mukanya manyun mengingat semua orang tertawa geli padanya.  Lebih-lebih bossnya yang super galak dan sok tampan itu tak henti-hentinya melihatnya dengan gemas dan ingin menelannya bulat-bulat.  Kalau sudah begitu, Ruby mengutuk dirinya yang terjebak dalam profesinya sebagai Pegawai Negeri Sipil.  Bekerja sebagai analis peraturan perundang-undangan di Biro Hukum, dan menyita waktunya dengan kumpulan orang-orang unik, kalau engga.mau dibilang ajaib di ruangannya.

Bayangkan, dia harus hidup dengan big boss yang panikan, dengan atasan langsungnya yang pemarah dan galaknya ampun-ampun deh. Lalu ada si Givan yang cuek banget, yang selalu menunda kerja dengan berdalih Indonesia masih ada besok pagi, ada juga Dio yang kerap mengajaknya perang, namun ada Dava, sebagai anak manis yang kerap membuatnya bisa menyungging senyum.

Entahlah, kadang Ruby sangat menyukai pekerjaannya,  namun kecintaannya menjadi penulis cerita anak, sesungguhnya lebih membuat hidupnya bergairah.  Namun, sampai saat ini, Ruby tidak bisa memutuskan untuk fokus menulis cerita saja.  Dan, jadilah impiannya masih terkatung-katung hingga saat ini.



 #BLOGTOBOOK 










2 komentar:

  1. Aaaaak, bagus banget. Mohon bimbingannya ya Mba, aku newbie banget. Baru pengen nulis buku, nggak kaya Mba Ichen yang karyanya udah bejibun! Cool.

    BalasHapus
  2. Hehe masih belum maksimal ini, mbaa Rotun.. tulisan mba di blog malah baguuuus... yuuuk kita saling ngomporin yaa biar tugas kita oke punyaaa hehee ^_^

    BalasHapus