Minggu, 22 Januari 2017

Tugas 2 B2B2017, Blog To Book

Tugas 2 B2B2017

Objective :

===========================
Ada dua impian yang bermain-main di pikiran Ruby sore itu.  Impian yang selalu menyeruak dari dasar hatinya ketika dia sedang sendiri, tanpa teman-teman atau rekan kerjanya.  Seperti kali ini, ketika dia tengah menyusuri pasir basah   Pantai Kuta yang tak pernah lengang di sore hari.  
      Setelah cukup puas bermain-main dengan ombak yang  berkejar-kejaran dan menghempas pasir,  Ruby duduk dengan dagu bertumpu pada  lututnya, di atas pasir yang empuk dan lembab. Menikmati langit jingga, semilir angin, suara ombak, tawa anak kecil yang tengah berlarian, dan berpasang-pasang kekasih yang tampak bahagia.
  “Suatu ketika, novelku bersetting Genewa difilmkan,  dan aku akan bertemu denganmu!” cetus Ruby, senyumnya mengembang. “Lalu aku akan sibuk denganmu, sibuk dengan duniaku yang sebenarnya.”
        Mata Ruby memicing, lalu seolah butir-butir pasir bergerak halus, menari-nari dan membentuk sebuah pola, lalu menjelma menjadi sosok yang kerap membuatnya gagal fokus.  Leo.  Sahabat masa kecilnya, kakak kelasnya dari SD hingga  SMU. Seseorang yang menjadi idola Ruby sejak kecil. 
      Leo yang pintar dan tampan, yang selalu juara kelas, yang santun, yang membuat Mama Ruby sangat menyukainya dan berharap Ruby juga mengikuti jejak Leo, ketika Leo diterima di Hubungan Internasional, Universitas Indonesia, lalu kemudian menjadi PNS di Kementerian Luar Negeri.  Leo yang kini tengah kuliah di Swiss.    
Dan karena Leo, Ruby belajar sangat keras,  lulus SMU dengan nilai cukup tinggi,  namun harus puas diterima di fakultas Hukum di Universitas Sriwijaya.  Lalu  Ruby belajar seperti orang kesurupan karena dia ingin cepat-cepat kerja di Jakarta dan lebih dekat dengan Leo.  Ruby bahkan nyaris melupakan hobby  menulisnya sejak kecil.   Dan kemudian  setelah lulus kuliah, target Ruby ingin menjadi PNS di Kementerian Luar Negeri pula.  Satu kali dia ikut test Kementerian Luar Negeri, dan gagal.  Namun, tahun berikutnya Ruby berhasil diterima sebagai CPNS, walau bukan di Kementerian Luar Negeri, namun cukuplah membuat mamanya sangat bahagia.  Dan yang terpenting, Ruby akan lebih dekat dengan Leo, karena dia ditempatkan di  Kantor Jakarta.
Ruby ingat ketika Leo menemuinya di hari pertama dia bekerja menjadi CPNS.  Leo memujinya dan membuat Ruby tersanjung.  Sorenya ketika pulang dari kantor, Leo menjemput Ruby dan mereka menghabiskan malam dengan mengobrol di sebuah cafe.  Dan Ruby merasa hari itu menjadi hari yang sangat istimewa baginya.
Untuk beberapa saat lamanya, Ruby dan Leo kerap bersama.  Leo menemaninya ketika Ruby mencari kost yang lebih dekat dengan kost-an Leo, sehingga lebih mudah bagi Leo untuk mengantar dan menjemput Ruby dari kantor.  Bagi Ruby itulah hari-hari terbaiknya.  Hingga kemudian, Leo membawa kabar kalau tak beberapa lama lagi, dia harus pergi  untuk kuliah mengambil gelar master di Universitas Jenewa di kota Jenewa. 
Satu tahun, dua tahun, Ruby menunggu.  Tapi Leo rupanya terus melanjutkan kuliah doktoralnya. Dan Leo, menjadi semakin berjarak.  Memang Leo terus mengirimnya email, dan berjanji suatu waktu akan membawa Ruby bersamanya.  Namun, kapan waktu akan bersahabat dengannya?  Rasa-rasanya, waktu terus bergulir, dan hati Ruby hampir letih karena menunggu.  Dan saat kehilangan Leo, Ruby kembali menciptakan dunianya sendiri, dunia yang sudah lama tidak disentuhnya.  Dia kembali menulis dan menulis. Dia menulis tentang dongeng puteri dan pangeran impian, lalu dia pun menulis tentang Leo, tentang cinta yang rumit.
Leo dan PNS.  Dua itu rasanya seperti saling berangkulan dalam hidupnya.  Padahal, akhirnya Ruby menyadari, dia kini terjebak dalam dunia yang tidak diinginkannya dengan kuat.  Ini hanyalah persinggahan, sebelum dia sampai ke tempat yang sesungguhnya dia ingin tuju.   Ruby hanyalah ingin menghabiskan waktunya dengan menulis.  Menulis dengan hati, menulis apa yang dia suka.  Ruby ingin menulis banyak cerita anak dan remaja.  Impian Ruby ketika namanya tertera di banyak buku, ketika banyak anak-anak dan remaja Indonesia membaca bukunya dan menyukai cerita-ceritanya. 
Tes..tes.. hujan!  Ruby mendongak, langit sudah gelap.  Ruby tersadar, cukup lama dia menghilang.  Sekarang saatnya kembali ke hotel dan mandi.  Pukul tujuh, dia sudah harus duduk di ruang rapat.  Kalau tidak, Rey, boss pemarah  akan memarahinya dan membuatnya malu.
“Arrggh!  Baiklah, sekarang fokus. Kembali kerja!” Ruby beranjak dari duduknya dan menepis pasir-pasir yang menempel di celananya.
Hotel tempat Ruby menginap tidak terlalu jauh dari Pantai Kuta.  Cukup berjalan kaki dan  melintasi beberapa cafe, sampailah dia ke depan bangunan hotel bintang empat,  yang bagian muka bangunan dipenuhi ornamen Bali. 
Ruby baru melangkah masuk ke loby hotel, ketika sepasang mata yang tajam menyambutnya.  Tampak kejengkelan yang super duper memancar dari mata itu, membuat langkah Ruby terhenti.
“Dari mana jam segini?” Rey bertanya dengan muka dingin.
“Pantai, jalan-jalan, kan istirahat,” ujar Ruby.
“Oh, tanpa pemberitahuan!”
“Karena kupikir Mas Rey tidak suka pantai,” ujar Ruby pelan.
“Masalahnya, kamu menyimpan laptopku ke kamarmu, kan?  Dan aku butuh laptop itu segera!”
“Oh, itu, maaf, aku ambilkan sekarang,” ujar Ruby seraya menepuk keningnya. 
“Tidak perlu.  Cepat bersiap-siap.  Setengah jam lagi, aku tunggu di ruang rapat!”
Ruby melongo ketika kemudia Rey berlalu dari depannya dengan langkah-langkah cepat.


#BlogToBook 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar