Rabu, 26 Desember 2012

SERIAL VANYA : PESTA ISTANA

Telah dimuat di majalah Bravo!

Aku copas dari : http://erlanggaforkids.com/read-a-story/37-read-a-strory/165-pesta-istana-ratu-ondetta.html




Mama membawa kabar gembira sepulang dari istana. Kabarnya, Ratu Ondetta akan mengadakan pesta bagi para peri. Di pesta itu, para peri boleh unjuk kebolehan seperti menari, menyanyi atau apa saja.

“Wah, aku ingin menyanyi, siapa tahu aku akan menjadi salah satu penyanyi istana. Kalau kamu?” cetus Athara kepada Vanya.

Vanya menggeleng.

“Aku ingin menari, tapi kakiku kan masih sakit karena tersandung akar pohon kemarin,” ujar Vanya sedih.

“Jangan sedih, kita membuat kue-kue enak saja yuk?” hibur Mama Vanya.

Vanya mengangguk setuju. Tentu saja, membuat kue merupakan salah satu kesenangan Vanya. Tapi tetap saja hatinya sedih karena tidak menampilkan pertunjukan apa pun.

“Pasti menyenangkan sekali bisa memainkan musik atau menari di hadapan Ratu Ondetta,” pikir Vanya.

Tes… tes… tes….

Tiba-tiba hujan turun. Vanya segera berlari ke beranda rumah dan melihat hujan turun dari gumpalan awan perak.

“Hore, sebentar lagi akan ada tangga warna-warni!” seru Vanya.

“Vanya, hati-hati. Kakimu masih sakit, jangan loncat-loncat ya!” seru Mama.

“Hai, Vanya!” Ada yang menyapa Vanya. Itu Charlotta.

“Hei, Charlotta! Diandra kok tidak keluar rumah, ya?” tanya Vanya.

“Diandra sedang berlatih main piano, untuk persiapan pesta di istana Ratu Ondetta nanti.”

“Hebat ya, Diandra, pintar main piano,” puji Athara.

“Hihihi…tentu saja, tidak seperti Vanya yang pintarnya meniup harmonika saja,” seseorang meledek Vanya.

Vanya menoleh ke belakang. Mukanya merah padam saat mengetahui siapa yang meledeknya. Rinkel, peri paling jahil di Negeri Awan Perak.

“Hahaha… jangan marah, Vanya,” goda Rinkel sambil tergelak.

Vanya cemberut. Ia menghentakkan kakinya lalu berlari pulang ke rumah.

Di dalam kamarnya, Vanya merasa gelisah. Ia ingin ke luar dan bermain lagi, tapi ia malas bertemu Rinkel.

“Ah, apa salahnya kalau pintar meniup harmonika?” pikir Vanya lalu berjalan menuju ke meja belajarnya. Sebuah harmonika mungil tergeletak di atas meja. Harmonika itu adalah pemberian Monita, sahabatnya dari negeri bulan. Monita juga yang mengajari Vanya memainkan beberapa lagu dengan harmonika.

Vanya meraih harmonikanya dan meniupnya pelan. Ia memainkan satu lagu kesukaan Monita, judulnya Peri-peri Bulan yang Riang. Saat meniup harmonikanya, tubuh Vanya ikut bergerak lincah.

“Hihihi… tuh kan, pintarnya main harmonika saja!”

Vanya menoleh dan kesal saat mengetahui ada Rinkel berdiri di beranda kamarnya. Vanya menyesali dirinya yang lupa menutup jendela kamar.

“Hihihi… tanpa kamu sadari, aku meniupkan angin waktu kau meniup harmonika tadi. Tiupan harmonikamu tentu saja terbawa angin ke setiap rumah di Negeri Awan Perak. Hahaha!” Rinkel tambah terbahak.

Vanya marah dan bergegas menutup jendela kamarnya dengan hati gemas bukan main pada Rinkel.

Keesokan harinya, mama membawa kabar mengejutkan untuk Vanya.

“Vanya, Ratu Ondetta ingin kau memainkan harmonika di pesta istana nanti,” mama memberi tahu Vanya.

“Benarkah? Dari mana Ratu Ondetta tahu Vanya bisa meniup harmonika?” tanya Vanya bertubi-tubi.

Mama terkekeh.

“Semua kan mendengar permainan harmonikamu kemarin, Vanya,” ujar mama, ”Bibi Perajut memberi tahu Ratu Ondetta kalau kamulah yang meniup harmonika itu.”

Vanya terbelalak tak percaya. Dia teringat Rinkel. Astaga! Akibat keisengan Rinkel, Vanya justru mendapatkan keberuntungan.

Mama tertawa melihat tingkah Vanya yang lucu.

“Nah, mainkan harmonikamu dengan bagus ya, Vanya,” Mama menyemangati Vanya.

Vanya mengangguk. Tentu saja ia akan berusaha menampilkan yang terbaik. Ia akan tampil memukau dengan harmonikanya besok, di pesta istana Ratu Ondetta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar