Minggu, 24 Maret 2013

Satu Sore di Komplek




(foto dari simplymuslimah24.blogspot.com)


Salah satu kegiatan yang Saya dan keluarga Saya sukai adalah jalan-jalan keliling komplek, masuk keluar cluster, lalu melihat rumah-rumah keren. Iseng saja sih sebenarnya, karena kami memang belum ada rencana membeli rumah baru dalam waktu dekat. Tapi setiap kali ada rumah bagus yang di pagarnya tertulis : Dijual, Saya dan suami selalu antusias untuk mengecek harga dan berandai-andai bagaimana bila kami membeli rumah itu lalu tinggal di sana, hehee….

Tak hanya Saya dan suami, Puteri kami, Saskia (7 thn) tampaknya sangat menikmati acara ‘cari-cari rumah’. Tapi yang paling ia sukai adalah bila kami keliling cluster baru dan mewah dalam komplek yang menjual rumah-rumah dengan harganya membuat mata Saya pasti membeliak lebar. Dan, “Rumah Contoh” yang ada di setiap cluster baru itu boleh dikunjungi, sehingga menjadi satu tempat yang tak pernah kami lewati. Rumah contoh yang lengkap dengan perabotan dan design interior yang keren benar-benar membuat kami terkagum-kagum ketika melangkah masuk ke dalamnya.

Seperti minggu kemarin. Cuaca yang cukup bersahabat, membuat kami (Saya, suami, kak Saski dan De’ Lucky (2 tahun) keluar untuk ‘bermotor-motor sore’ :D Tujuan kami salah satunya ya itu, melihat cluster baru yang sedang membangun rumah-rumah mewah. Pada satu cluster, ada dua rumah contoh berupa bangunan rumah bertingkat yang harganya sekitar 1, 4 M, yang dari luarnya bikin lidah berdecak, sangking Wownya!

Lalu, dengan muka antusias, kami masuk ke salah satu rumah contoh, dengan lagak seperti para calon pembeli rumah. Pendingin udara menyergap tubuh ketika kami memasuki rumah itu. Pandangan Saya lalu menyapu ke sekeliling ruangan yang tanpa sekat antara ruang tamu dan ruang keluarga. Interior ruangan menyambut mata Saya dan membuat Saya menahan napas sangking ‘mupengnya” . Saya baru beringsut ketika Saski menarik lengan Saya dan mengajak masuk ke satu kamar tidur yang tampak sangat nyaman.

“Wah, ini bisa jadi kamar tamu,” ujar Saya.

“Kamar Saski juga bisa,” ujar Saski.

Kami tertawa, lalu kemudian keluar kamar dan memutuskan untuk menaiki tangga berlantai keramik, menuju ruang atas. Ada tiga kamar di sana. Berdasarkan furniture dalam kamar, kami lalu ‘sok’ memilih kamar masing-masing. Satu kamar yang luas dengan jendela menghadap ke bagian depan untuk Ayah dan Bunda. Satu kamar bernuansa pink dengan jendela yang sama menampilkan pemandangan ke jalanan depan rumah untuk Kak Saski, dan satu kamar bernuansa hijau dengan jendela yang bila dibuka, kita bisa menikmati taman belakang rumah, untuk Dek Lucky.

“Keren sekaliiii,” cetus Saski riang.

Lucky pun tampak riang sekali mengikuti kami, yang dari celetukan-celetukan kami sungguuh…..benar-benar seperti seperti calon pemilik rumah yang sedang mengecek rumah yang akan ditempati, hehhee

Kunjungan di lantai atas itu, akhirnya disudahi setelah mata kami sudah cukup disuguhi dengan keindahan-keindahan yang membuat impian semakin melambung. Kami lalu turun dan mengecek ruangan dapur, dan beberapa ruangan lainnya di bawah. Rumah contoh ini benar-benar membuat kami tersenyum-senyum, karena membayangkan dan menghayalkan, suatu hari, kami akan mempunyai rumah seperti rumah yang Wow ini.

Setelah puas keluar masuk ruang-ruang di rumah contoh, akhirnya setelah mengucapkan terima kasih kepada penjaga rumah contoh, kami pun pulang ke rumah.

Sesampai di rumah, saat membuka gerbang dan melangkah masuk ke dalam rumah kami yang mungil, bercat cokelat muda dan kuning, dengan bergurau, Saya pura-pura berdecak kagum.

“Wow, ini rumah contoh yang paling keren. Kita lihat-lihat yuk!”

Saski dengan semangat mengikuti Saya.

“Wah, asyik, Bunda! Di sini sudah ada meja belajar, ada mainan dan buku-buku,” cetus Saski.

“Dan sudah ada ruangan untuk kita tidur-tiduran sambil nonton tivi,” canda Ayah.

Kami lalu masuk kamar Saski dan duduk di atas tempat tidur Saski yang bergambar winnie the pooh.

Tiba-tiba, gambaran rumah contoh yang baru kami kunjungi itu, berkelebat lagi di pikiran Saya.

“Hmm…. enak ya, Kak, kalau rumah kita seperti rumah contoh tadi. Kamar-kamar kita seperti di rumah itu,” ujar Saya pelan sambil bersandar di tumpukan bantal.

Saski tertawa, lalu dia naik ke atas tempat tidurnya dan berbaring.

“Bun, rumah kita juga bagus. Kamar Kakak juga baguuus banget. Kakak suka di sini,” ujar Saski, cukup mengagetkanku.

“Eh, iya,” ujar Saya.

“Bunda tidak bersyukur yaaa kita punya rumah seperti ini,” lanjut Saski.

Ya Allah…Saya tersentak. Saya dan suami saling berpandang-pandangan. Maluuu rasanya, karena rupanya apa yang Saya ucapkan tadi, ternyata sangaaat jauh dengan apa yang ada di dalam pikiran puteri kami, yang masih sangat belia ini.

Saya tersenyum. Sebenarnya, apa yang Saski ucapkan, adalah apa yang sering Saya katakan padanya dulu. Bila kami melihat rumah yang bagus, dan ketika kami kembali ke rumah, Saya sering mengatakan pada Saski betapa bagusnya rumah kami, dan betapa kami harus selalu bersyukur dengan apa yang kami punya.

Dan, kemarin, sepertinya ketika Saya mengucapkan apa yang kami rasakan, sebenarnya Saya bukan berandai-andai di mata Saski, dan lebih tepatnya seperti mengeluh. Hikss.. Saya sungguh.malu, menyesal dan mohon ampun pada Allah atas apa yang pernah terbersit di kepala Saya.



Tuhan, betapa Saya bersyukur dengan apa yang Saya punya. Mempunyai rumah mungil tapi membuatku sangat bahagia. Memiliki suami yang baik dan kami saling mencintai, dikarunia anak-anak yang soleh dan solehah, pintar dan menggemaskan. Begitu banyak nikmatMu, Tuhan.... semoga kami sekeluarga selalu dalam perlindunganMu selalu.

Saya peluk Saski, dengan mata menghangat. Betapa sesungguhnya, dirimu sangat dewasa, Anakku sayang. Terima kasih sudah mengingatkan Bunda, Nak, untuk selalu bersyukur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar