Tugas 2 B2B2017
Objective :
===========================
Ada dua impian yang bermain-main
di pikiran Ruby sore itu. Impian yang
selalu menyeruak dari dasar hatinya ketika dia sedang sendiri, tanpa
teman-teman atau rekan kerjanya. Seperti
kali ini, ketika dia tengah menyusuri pasir basah Pantai Kuta yang tak pernah lengang di sore
hari.
Setelah cukup puas
bermain-main dengan ombak yang
berkejar-kejaran dan menghempas pasir,
Ruby duduk dengan dagu bertumpu pada
lututnya, di atas pasir yang empuk dan lembab. Menikmati langit jingga,
semilir angin, suara ombak, tawa anak kecil yang tengah berlarian, dan
berpasang-pasang kekasih yang tampak bahagia.
“Suatu ketika, novelku bersetting Genewa difilmkan, dan aku akan bertemu denganmu!” cetus Ruby, senyumnya mengembang. “Lalu aku akan sibuk denganmu, sibuk dengan duniaku yang sebenarnya.”
“Suatu ketika, novelku bersetting Genewa difilmkan, dan aku akan bertemu denganmu!” cetus Ruby, senyumnya mengembang. “Lalu aku akan sibuk denganmu, sibuk dengan duniaku yang sebenarnya.”
Mata Ruby memicing,
lalu seolah butir-butir pasir bergerak halus, menari-nari dan membentuk sebuah
pola, lalu menjelma menjadi sosok yang kerap membuatnya gagal fokus. Leo. Sahabat
masa kecilnya, kakak kelasnya dari SD hingga SMU. Seseorang yang menjadi idola Ruby sejak
kecil.
Leo yang pintar dan
tampan, yang selalu juara kelas, yang santun, yang membuat Mama Ruby sangat
menyukainya dan berharap Ruby juga mengikuti jejak Leo, ketika Leo diterima di Hubungan
Internasional, Universitas Indonesia, lalu kemudian menjadi PNS di Kementerian
Luar Negeri. Leo yang kini tengah kuliah
di Swiss.
Dan karena Leo, Ruby belajar sangat keras, lulus SMU dengan nilai cukup tinggi, namun harus puas diterima di fakultas Hukum di
Universitas Sriwijaya. Lalu Ruby belajar seperti orang kesurupan karena
dia ingin cepat-cepat kerja di Jakarta dan lebih dekat dengan Leo. Ruby bahkan nyaris melupakan hobby menulisnya sejak kecil. Dan
kemudian setelah lulus kuliah, target
Ruby ingin menjadi PNS di Kementerian Luar Negeri pula. Satu kali dia ikut test Kementerian Luar
Negeri, dan gagal. Namun, tahun
berikutnya Ruby berhasil diterima sebagai CPNS, walau bukan di Kementerian Luar
Negeri, namun cukuplah membuat mamanya sangat bahagia. Dan yang terpenting, Ruby akan lebih dekat
dengan Leo, karena dia ditempatkan di Kantor Jakarta.
Ruby ingat ketika Leo menemuinya di hari pertama
dia bekerja menjadi CPNS. Leo memujinya
dan membuat Ruby tersanjung. Sorenya
ketika pulang dari kantor, Leo menjemput Ruby dan mereka menghabiskan malam
dengan mengobrol di sebuah cafe. Dan
Ruby merasa hari itu menjadi hari yang sangat istimewa baginya.
Untuk beberapa saat lamanya, Ruby dan Leo kerap
bersama. Leo menemaninya ketika Ruby
mencari kost yang lebih dekat dengan kost-an Leo, sehingga lebih mudah bagi Leo
untuk mengantar dan menjemput Ruby dari kantor.
Bagi Ruby itulah hari-hari terbaiknya.
Hingga kemudian, Leo membawa kabar kalau tak beberapa lama lagi, dia
harus pergi untuk kuliah mengambil gelar
master di Universitas Jenewa di kota Jenewa.
Satu tahun, dua tahun, Ruby menunggu. Tapi Leo rupanya terus melanjutkan kuliah
doktoralnya. Dan Leo, menjadi semakin berjarak.
Memang Leo terus mengirimnya email, dan berjanji suatu waktu akan
membawa Ruby bersamanya. Namun, kapan
waktu akan bersahabat dengannya?
Rasa-rasanya, waktu terus bergulir, dan hati Ruby hampir letih karena
menunggu. Dan saat kehilangan Leo, Ruby
kembali menciptakan dunianya sendiri, dunia yang sudah lama tidak
disentuhnya. Dia kembali menulis dan
menulis. Dia menulis tentang dongeng puteri dan pangeran impian, lalu dia pun
menulis tentang Leo, tentang cinta yang rumit.
Leo dan PNS.
Dua itu rasanya seperti saling berangkulan dalam hidupnya. Padahal, akhirnya Ruby menyadari, dia kini
terjebak dalam dunia yang tidak diinginkannya dengan kuat. Ini hanyalah persinggahan, sebelum dia sampai
ke tempat yang sesungguhnya dia ingin tuju. Ruby hanyalah ingin menghabiskan waktunya
dengan menulis. Menulis dengan hati,
menulis apa yang dia suka. Ruby ingin
menulis banyak cerita anak dan remaja.
Impian Ruby ketika namanya tertera di banyak buku, ketika banyak
anak-anak dan remaja Indonesia membaca bukunya dan menyukai cerita-ceritanya.
Tes..tes.. hujan!
Ruby mendongak, langit sudah gelap.
Ruby tersadar, cukup lama dia menghilang. Sekarang saatnya kembali ke hotel dan mandi. Pukul tujuh, dia sudah harus duduk di ruang
rapat. Kalau tidak, Rey, boss pemarah akan memarahinya
dan membuatnya malu.
“Arrggh!
Baiklah, sekarang fokus. Kembali kerja!” Ruby beranjak dari duduknya dan
menepis pasir-pasir yang menempel di celananya.
Hotel tempat Ruby menginap tidak terlalu jauh dari
Pantai Kuta. Cukup berjalan kaki dan melintasi beberapa cafe, sampailah dia ke depan bangunan hotel bintang
empat, yang bagian muka bangunan dipenuhi
ornamen Bali.
Ruby baru melangkah masuk ke loby hotel, ketika
sepasang mata yang tajam menyambutnya.
Tampak kejengkelan yang super duper memancar dari mata itu, membuat
langkah Ruby terhenti.
“Dari mana jam segini?” Rey bertanya dengan muka
dingin.
“Pantai, jalan-jalan, kan istirahat,” ujar Ruby.
“Oh, tanpa pemberitahuan!”
“Karena kupikir Mas Rey tidak suka pantai,” ujar
Ruby pelan.
“Masalahnya, kamu menyimpan laptopku ke kamarmu,
kan? Dan aku butuh laptop itu segera!”
“Oh, itu, maaf, aku ambilkan sekarang,” ujar Ruby
seraya menepuk keningnya.
“Tidak perlu. Cepat bersiap-siap. Setengah jam lagi, aku tunggu di ruang rapat!”
Ruby melongo ketika kemudia Rey berlalu dari
depannya dengan langkah-langkah cepat.
#BlogToBook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar